Find Me part 3




Cast : Han Je Ah, Choi Minho
Genre : Romance
Rating : PG-15
Author : Nami
Twitter: @dap_yui
IG : puspitadiah17

Jangan lupa RCL J
NO COPAS


            Raut wajahku berubah merah seketika dan membuatku menundukkan kepala menyembunyikan raut wajahku yang malu dihadapan Minho. Beberapa detik kemudian Minho sudah berdiri didepan sambil jongkok dan memandangiku yang masih berada diposisi yang sama.

            "Bahkan aku tidak tahu bagaimana ayahku bisa menemukan yeoja sebodoh ini." Ejeknya kemudian bergegas meninggalkanku sendirian.

            "Mwo? Apa yang kau bilang barusan. Yak" Teriakku tanpa dipedulikan Minho.

-Happy Reading-

            "Eomma... hiks hiks Eomma... Eomma..." Teriak seorang laki-laki yang baru berusia 10 tahun itu ketika melihat seorang wanita tergeletak penuh darah dihadapannya. Wanita itu adalah ibu dari bocah itu. Dia tak henti-hentinyaa menangis melihat ibunya yang terus mengeluarkan darah ditubuhnya.

            "Eomma. Hiks hiks.." Panggil bocah itu dengan tangis yang makin menjadi-jadi.

            Wanita itu berusaha membuka matanya sebentar kemudian tangannya berusaha memegang pipi anaknya yang sedari tadi menangis keras.

            "Eomma...me...nyayangi...mu.." Ucapnya kemudian wanita itu menutup matanya untuk selamanya.

            "EOMMA. ANDWAE EOMMA. Hiks" Teriak bocah itu kemudian memeluk  ibunya yang sudah tak bernafas lagi.
...

Minho POV
            Aku bangun dari tidurku. Mimpi buruk itu selalu menghantuiku beberapa hari ini. Mimpi yang bahkan ingin kuhapus dalam hidupku. Aku berjalan menuju kamar mandi kamarku. Sebuah bayangan diriku muncul dikaca besar kamar mandi ini. Peluh masih menetes ditubuhku itu tanpa hentinya-hentinya membuatku ingin membersihkan tubuhku segera.

            Setelah mencuci wajahku dan juga membersihkan tubuhku, aku berjalan menuju balkon kamarku dengan handuk basah berwarna putih yang melekat dileherku. Pagi ini bahkan tampak lebih cerah jika dilihat dari tempatku berdiri. Sesaat aku mulai terhanyut akan keindahan pagi ini, memandanginya tampak begitu menenangkan diriku.

            "Hana, dul, set. Hana, dul, set. Hana, dul, set." Terdengar seorang gadis yang berdiri disamping balkon kamarku. Gadis yang sudah beberapa hari ini ada dirumahku.

            Gadis itu tengah berolahraga ringan dibalkon kamarnya. Dia mulai menggerakkan kedua tangannya keatas kemudian menarik tubuhnya ke atas. Setelah selesai dengan aktivitas tersebut gadis itu mulai berganti menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri kemudian meletakkan kedua tangannya dibelakang kepalanya berusaha menekan tulang sikunya pelan. Tanpa sadar aku melirik gadis itu sejenak hingga akhirnya aku mulai memandanginya cukup lama.

Flashback ON
@Tokyo

            Seorang laki-laki paruh baya kini tengah berhadapan denganku yang sejak tadi sibuk mengaduk segelas kopi dihadapanku tanpa ingin meminumnya setetes pun. Sudah 10 menit kami duduk berhadapan tanpa ada satu pun kata yang terucap dari bibir kami berdua. Suasana saat ini begitu dingin dan nyaris hening, hanya bunyi ketukan pelan yang terkadang ku lakukan untuk memecahkan keheningan ini.

            "Apa kau tidak mau kembali ke Seoul?" Akhirnya pria dihadapanku mulai membuka pembicaraan. Pria itu terlihat serius menatap kedua mataku. Sejenak aku terdiam mencoba mencari jawaban yang tepat untuk namja itu.

            "Aku tidak ingin kembali." Jawabku dingin.

            "Bagaimana juga kau adalah pewaris Choi Corp dan juga kau adalah anakku." Ucapnya membuatku semakin geli mendengarnya.

            "Hubungan anak dan ayah sudah berakhir diantara kita sejak dulu. Apa anda tidak ingat kematian ibu 10 tahun yang lalu dan juga…” Tiba-tiba lidahku terasa sakit untuk meneruskan kata-kataku selanjutnya hingga akhirnya pria itu berusaha berusaha meraih tanganku tetapi dengan cepat kedua tanganku menjauh darinya.

            "Ayah akan menebus kesalahan ayah. Jadi kembalilah." Ujarnya dengan penuh penyesalan yang ada dalam dirinya. “Minho.” Panggilnya pelan hingga membuat tubuhku nyaris bergetar.

            “Jika sudah selesai aku akan pergi.” Ucapku kemudian bergegas berdiri dari tempat dudukku dan berusaha keras menyembunyikan raut wajahku. Hingga beberapa detik kemudian ayahku memberikan sebuah amplop berwarna coklat padaku dan membuatku kembali duduk ditempatku semula.

            "Ini lihatlah." Pintanya menyodorkan amplop itu padaku. Dengan ragu aku mulai membuka amplop yang berisi selembar foto didalamnya. Foto seorang gadis muda yang terlihat sebaya denganku.

            "Siapa gadis ini?" Tanyaku saat melihat selembar foto didalam amplop itu.

            "Dia Han Je Ah. Aku akan membawanya kerumah kita."

            "Untuk apa anda membawa dia ke keluarga kita?"

            "Saat kau memutuskan untuk tidak kembali maka aku akan memberikan seluruh hartaku untuknya. Itu pilihan yang sudah kuputuskan selama ini." Seketika kedua mataku melebar mendengar ucapannya.

            "Jadi sekarang anda berusaha menempatkan orang asing dikeluarga kita." Raut wajahku yang tadinya tenang kini berubah marah kepada ayahku.

            "Dia bukanlah orang asing. Dia akan menjadi saudaramu suatu saat nanti." Ucapnya kemudian bergegas berdiri dan pergi meninggalkanku yang masih terdiam ditempatku. Beberapa menit kemudian aku menyusul ayahku yang sudah berdiri didalam lift. Kuhentikan lift itu dengan tangan kananku memegang pintu lift yang hampir menutup.

            "Aku akan kembali, mengambil semuanya. Mengambil milikku." Aku pun bergegas meninggal orang itu yang kini tengah tersenyum tipis didalam lift yang sudah menutup saat itu.
Flashback OFF

            "Yak Choi Minho kau sedang melihat apa? Apa kau mencoba berpikir mesum tentangku?" Ucap seorang gadis yang kini berusaha membuyarkan lamunanku yang sejak tadi memandangi gadis itu. Gadis bernama Han Je Ah itu berusaha menutupi tubuh depannya yang masih terbalut jaket berwarna putih dengan kedua tangannya menyilang didepan dadanya.

            "Mwo? Apa yang kau bilang? Oh nona Han asal anda tahu, tidak ada satu pun bagian yang menarik dari tubuh. Jangan coba berpikir hal konyol karena itu membuatku geli mendengarnya." Ejekku melihat Je Ah sekilas kemudian bergegas pergi meninggalkan Je Ah yang masih sibuk memandangi kepergianku.

            "Mwo? Yak kau Choi Minho." Teriaknya kesal tanpa kuperdulikan sedikitpun.

Author POV
            Selembar foto seorang laki-laki berusia sekitar 20 tahunan tergeletak disebuah meja dengan seseorang pria yang tengah sibuk menandatangani beberapa map berwarna hitam dihadapannya. Setelah selesai menjalankan aktivitasnya tadi dia mengambil selembar foto itu dan tersenyum sekilas.

            “Choi Minho lama tidak jumpa.” Gumamnya.

            Beberapa detik kemudian seorang wanita paruh baya membawa sebuah nampan berisi secangkir kopi menghampiri pria itu yang masih sibuk memandangi foto Choi Minho. Wanita  itu meletakkan secangkir kopi itu dihadapan pria itu.

            “Apa kau tidak berniat bertemu dengannya?” Ucap wanita itu sekarang menggenggam nampan yang sudah kosong itu.

            “Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi aku tertarik pada gadis itu.”

            “Apa gadis di bandara itu?” Ucapnya mulai menebak.

            “Benar gadis itu.”

Je Ah POV
            Aku sudah selesai dengan seluruh aktivitasku pagi ini berolahraga kecil dan juga membersihkan tubuhku pagi ini. Hari ini hari pertamaku menempuh pendidikan di Universitas Konkuk. Aku bersiap dengan sebuah tas berwarna silver dipundakku dengan pelan dan berhati-hati aku mulai melangkahkan kakiku menuju pintu depan rumah ini. Disana sudah terparkir rapi sebuah mobil avanza putih. Aku menghampiri mobil itu dan melihat Minho tengah sibuk memainkan ponselnya.

            “Lama sekali kau ini. Cepat masuklah.” Perintah Minho yang masih sibuk dengan ponselnya. Aku berjalan menuju kursi belakang mobil dan membuka pintu mobil itu.

            “Apa kau kira aku sopirmu eoh?” Ucapnya dingin.

            “Mwo?”

            “Duduklah disini, bodoh. Aku bukan sopirmu.” Perintah Minho menunjuk kursi disampingnya. Aku pun menurutinya dan duduk dikursi sebelahnya. Minho hanya memandangku sekilas kemudian bersiap menjalankan mobilnya.

            “Pakai sabuk pengamanmu.” Ucapnya sebelum bersiap menjalankan mobilnya.

            “Nde?” Aku menarik sabuk pengaman disebelah kursi mobil itu. Dengan pelan-pelan aku mulai memasang sabuk pengaman itu. Tiba-tiba Minho memegang sabuk pengaman yang sejak tadi hanya kupegangi saja. Memasangkan sabuk pengaman pada tubuhku. Kujauhkan sedikit wajahku.

Deg

Seketika jantung berdebar kencang. Aku merasakan sesuatu yang aneh dalam diriku. Minho mulai menjalankan mobilnya dengan pelan-pelan.

            Hening terjadi diantara kami berdua. Sudah 5 menit kami berdua didalam mobil tetapi hanya hening yang terjadi diantara kami. Hingga akhirnya Minho menyalakan pemutar musik yang ada didalam mobil itu. Sebuah lagu dari Taylor Swift mengalun pelan ditelingaku.

            ~Romeo take me somewhere we can be alone.  I'll be waiting, all there's left to do is run. You'll be the prince and I'll be the princess. It's a love story baby just say yes~

            “Bolehkan aku bertanya?” Ucapku mencoba memecah keheningan yang terjadi diantara kami berdua.

            “Hmm.”

            “Apa kau membenciku?” Entah apa yang terjadi tiba-tiba kalimat itu yang terlontar dari bibir mungilku.

            “Mungkin.” Jawabnya masih fokus menyetir.

            “Kenapa kau membenciku?”

            “Entahlah.” Jawabnya ketus.

            “Apa kau tidak berencana untuk berteman baik denganku? Ah kau tidak tahu bagaimana rasanya beberapa hari ini kau terus bersikap seperti itu. Setidaknya kau mulai tersenyum sedikit untukku. Kau juga tahu….”

            “Berhenti mengoceh itu membuatku semakin membencimu.” Ucapnya memotong ucapanku hingga membuatku kembali terdiam. Akhirnya hening terjadi lagi diantara kami sampai akhirnya kami berdua sampai disebuah bangunan yang sangat besar.

            Setelah turun dari mobil aku langsung berjalan menuju ruang kelasku tanpa memperdulikan Choi Minho yang tengah sibuk mengurus mobilnya. Kutelusuri lorong kampus ini mencari sebuah ruangan. Ruang kelas jurusan ilmu komunikasi. Reporter itulah impianku sejak kecil, ayahku adalah seorang reporter semasa hidupnya karena itulah aku berusaha keras untuk menjadi sepertinya.

            ‘Aku menunggumu di perpustakaan’

            Send.

            Setelah mengirim Minho sebuah pesan aku langsung berjalan menyusuri rak-rak buku yang sudah rapi diruangan ini. Memilah-milah satu per satu ratusan buku didalam rak itu kemudian berjalan pelan hingga menemukan sebuah buku yang menarik bagiku. Seketika sebuah tangan menyentuh tanganku dengan cepat ku tarik tanganku hingga membuat beberapa buku didalam rak jatuh. Seorang gadis tengah sibuk mengembalikan buku-buku yang terjatuh itu dihadapanku, hal itu membuatku ingin membantu gadis itu.

            “Kwon Yuri.” Ucapnya lirih.

            “Nde?”

            “Namaku Kwon Yuri kau bisa panggil aku Yuri.” Ujarnya mengulurkan tangan kanannya dihadapanku membuatku mengerti maksudnya.

            “Han Je Ah.” Membalas uluran tangan gadis itu.

            “Aku pergi dulu ya. Senang berkenalan denganmu.” Pamitnya dengan senyum manis dibibirnya. Gadis itu sangat cantik, mungkin jika aku seorang laki-laki aku pasti akan langsung jatuh hati padanya.

            Setelah menemukan beberapa buku yang cocok, aku duduk disebuah kursi dekat dengan jendela. Tumpukan-tumpukan buku itu sudah tertata rapi dihadapanku, perlahan-lahan kubaca buku itu. Tiga puluh menit aku disini tetapi tak ada satu pun tanda-tanda keberadaan Choi Minho. Rasa kantuk mulai melandaku hingga akhirnya aku mulai memejamkan kedua mataku menaruh kepalaku pada sebuah buku yang masih terbuka.

Minho POV
            "Dimana gadis itu?" Gumamku pelan saat memasuki perpustakaan kampus ini. Sebelumnya dia mengirimku sebuah pesan bahwa dia menungguku di perpustakaan.

            "Itu dia." batinku.

            Kuhampiri gadis itu, dia tengah sibuk berada di alam mimpinya. Bagaimana bisa dia tertidur disini? Aku pun duduk dikursi berhadapan dengan gadis yang tengah tertidur pulas. Memandanginya hampir 20 menit akan tetapi dia masih tertidur. Ku ulurkan tangan kananku mencoba memegang kepalanya.

            "Eugh."

            Gadis itu menggerakkan sedikit tubuhnya membuatku menarik kembali tanganku dan meletakkannya didepan dadaku. Rasa canggung mulai menjalar dalam tubuhku hingga dia membuka kedua matanya.

            "Hoaaam. Aku tertidur rupanya." Ucap Je ah yang sudah terbangun dari tidurnya, dia masih sibuk mengucek pelan kedua matanya berusaha bangkit dari alam bawah sadarnya.

            "Oh, choi minho kau sudah datang rupanya. Kajja kita pulang." Ucapnya bergegas meninggalku yang masih sibuk memandanginya.

"Gadis itu benar-benar." Gumamku.

            Ku ikuti langkah kakinya yang sudah berjalan cukup jauh dariku. Kuimbangi langkah kakinya agar jarak diantara kami semakin dekat. Tetapi langkah kakinya terlalu cepat membuatku kesal karenanya. Dengan ekspresi tanpa dosa Je ah sudah berada didepan mobilku.

            Tanpa basa basi aku langsung masuk, kemudian menyalakan mesin mobil dan mulai menarik gas kemudi melajukan mobilku. Sunyi itulah yang kami berdua rasakan selama beberapa menit, bahkan tanpa musik yang menyala didalam mobil itu. Gadis disebelahku bahkan berhenti mengoceh dan sesekali memegangi perut datarnya dengan raut wajah tampak kesakitan. Melihat itu aku langsung menghentikan mobilku dipinggir jalan dan membuat gadis disebelahku menatapku aneh.

            “Apa kau sedang sakit?” Tanyaku.

            “Ah, aku baik-baik saja. Ini hanya penyakit wanita.” Jawabnya lirih. Dia menunduk menyembunyikan raut wajahnya. Aku mulai mengerti apa maksud gadis itu dan bergegas menjalankan mobilku kembali.

            “Bisakah kita berhenti di supermarket?” Ucapnya tiba-tiba membuatku mulai menghentikan mobilku dipinggir jalan dan kemudian menemukan sebuah supermarket tak jauh dari tempat mobilku terparkir.

            “Tunggu disini.” Perintahnya.

            Han Je Ah berjalan pelan menuju sebuah supermarket. Entah mengapa aku mulai mengkhawatirkan keadaannya. ‘Tidak Choi Minho abaikan dia.’ Ucapku dalam hati. Aku menunggu hampir 5 menit tapi gadis itu masih belum terlihat keluar dari supermarket itu.

            ‘Apa sebaiknya aku menyusulnya?’ dengan kesal aku menyusul gadis itu.

Je Ah POV
            Kulangkahkan kakiku menuju sebuah supermarket yang tidak terlalu besar. Perlahan-lahan mencari sebuah barang yang aku butuhkan sekarang. Perutku sangat sakit sekali mungkin karena hari pertama aku mengalami masa menstruasi. Aku berusaha menahan rasa sakit itu dan mulai mencari sebuah pembalut. Setelah menemukannya aku segera mengambil sebuah pembalut dengan bungkus berwarna merah muda kemudian bergegas menuju kasir. Tapi tiba-tiba pandanganku mulai kabur hingga sebuah tangan meraih tubuhku.

            “Nona baik-baik saja?” Tanya seorang pria yang tengah memegang tubuhku agar tidak jatuh. Dengan segenap tenaga aku mulai memaksa diriku untuk melihat seorang pria didekatku.

            “Gwenchana.” Ucapku menjauh dari tubuhnya.

            “Wajahmu terlihat pucat nona.” Pria itu mulai mendekatkan tubuhnya hingga membuat jarak diantara kami kembali dekat.

            “Ah, aku baik-baik saja kok.”

            “Han Je Ah.” Panggil sebuah suara yang tak asing bagiku. Itu pasti Choi Minho kenapa dia menyusulku. Aku mulai memutar tubuhku meyakinkan pemilik suara itu. Kini Minho sudah berdiri dihadapanku dengan ekspresi datar seperti biasanya.

            “Choi Minho.” Tiba-tiba pria tadi memanggil Minho seolah dia sudah mengenal Minho sebelumnya dan tebakanku benar pria itu mengenal Minho. Mereka tengah sibuk bertegur sapa satu sama lain.

            “Sejak kapan kau kembali, Minho?” Kini pria itu memulai pembicaraan dan mereka berdua mulai mengabaikan keberadaanku. Hingga sampai diluar supermarket mereka masih berbincang entah apa yang sedang mereka bicarakan.

            “Jadi gadis ini tinggal dirumahmu?”

            “Bukan tinggal tapi dia menumpang. Karena kasihan makanya dia dipungut dirumahku.” Suara Minho mulai terdengar mengejekku tapi aku berusaha menahan amarahku.

            “Baiklah aku pergi dulu ya, kapan-kapan kita bertemu lagi.” Pamit pria yang bernama Eunhyuk itu pada kami berdua. Tetapi sebelum dia pergi, dia berjalan mendekatiku dan mengelus pucuk kepalaku pelan hingga membuatku terdiam sesaat. “Semoga kita bertemu lagi nona.” Ucapnya dan pergi menjauh meninggalkan kami berdua.

            “Eheem.”

            “Ah nde?” Ucapku mulai bangkit dari lamunanku yang masih membayangkan pria tadi.

            “Sampai kapan kau akan berdiri disitu?”

            Beberapa saat kemudian Minho sudah masuk kedalam mobilnya. Dengan cepat aku menyusulnya tetapi pria itu tak memperdulikan diriku dan melajukan mobilnya meninggalkanku.

            “BERHENTI CHOI MINHO BERHENTILAH.” Teriakku tanpa diperdulikan olehnya.

            Aku pun memutuskan untuk berjalan kaki menuju rumah. Untung saja supermarket tadi tidak jauh dari komplek perumahan tempat tinggalku. Choi Minho laki-laki paling menyebalkan yang pernah aku temui. Terkadang dia sangat dingin, terkadang dia menyebalkan tetapi terkadang dia sedikit perhatian padaku. Entahlah dia susah sekali ditebak membuatku kesal dibuatnya.

            “Lama sekali.” Ucap Minho yang sudah berdiri didepan pintu rumahnya.

            “Apa kau sudah gila ha? Kau membiarkanku berjalan sendirian dimalam hari. Kau…”

Tiba-tiba minho mengecup bibirku sekilas membuatku terdiam sesaat.

            “Berhentilah mengoceh.” Ucapnya menarik tanganku menuju sebuah jendela yang besar disudut rumah itu.

            Minho mulai mengintip sesuatu dari luar jendela itu. Seorang wanita paruh baya tengah sibuk bercanda ria dengan paman Choi didalam rumah itu. Mereka bahkan terlihat asyik tanpa menyadari kehadiran kami berdua. Seketika mataku melebar ketika melihat siapa wanita itu.

            “Eomma.”

-TBC-

Find me part 2




Cast : Han Je Ah, Choi Minho
Genre : Romance
Rating : PG-15
Author : Nami
Twitter: @dap_yui
IG : puspitadiah17

Jangan lupa RCL :)
NO COPAS

Seorang namja berpakaian keluar dari rumah itu, namja paruh baya yang berumur 50 tahun tebakku dalam hati. Namja itu melihatku sekilas kemudian aku berjalan menghampirinya dan menunjukkan secarik kertas yang kupegang sejak tadi.

“Permisi apa alamat ini benar ada disini?” Ucapku pada namja itu.

“Nde, ini benar alamat ini. Ada yang bisa saya bantu?” Tanyanya padaku.

“Saya…” Belum sempat aku meneruskan kata-kataku sebuah sedan berwarna hitam berhenti dihadapanku. Didalam mobil itu seorang namja paruh baya membuka sedikit jendela mobilnya dan tersenyum padaku. Aku mulai mendekati mobil itu dan seketika aku terkejut dengan seseorang yang ada didalam mobil itu.

“Paman…” Ucapku terkejut.

-Happy Reading-

Je Ah POV
            Bangunan ini memang sangat besar dan luas. Bangunan yang berdominasi warna coklat muda bahkan tidak terlihat seperti sebuah bangunan untuk tempat tinggal melainkan sebuah istana yang mampu menampung ratusan orang. Air mancur yang berada ditengah halaman depan menambah keindahan bangunan ini. Mungkin akan merasa nyaman hidup ditempat seindah ini batinku.

            Setelah sampai dibangunan utama tempat pemilik rumah ini tinggal aku berjalan mengikuti seorang namja berpakaian serba hitam yang mengantarku ke sebuah ruangan. Ruangan dimana tempat sebuah keluarga berkumpul bersama. Ruang tengah ini bahkan besarnya sama dengan rumahku yang ada di Busan. Tak henti-hentinya aku mengagumi keindahan tempat ini.

“Apakah kau menyukai tempat ini.” Tanya seorang namja paruh baya yang aku temui tadi.

“Nde? Saya sangat menyukainya. Bahkan rumah paman 10 kali lebih besar dari rumah saya.”

Paman Choi kemudian menyuruhku duduk disalah satu kursi diruangan itu. Kini kami duduk berhadapan saling memandang satu sama lain. Hingga beberapa saat kemudian seorang pelayan menaruh secangkir teh didepanku. Dengan pelan-pelan aku meneguk secangkir teh tersebut melepas haus karena perjalanan jauh yang baru saja kutempuh.

“Paman adalah orang yang hebat. Bahkan sulit mempercayainya saya bisa berada ditempat seindah ini bersama paman didepan saya.” Ucapku dengan sopan.

"Jadi?" Tanyanya kemudian membuatku sedikit kebingungan untuk menjawabnya.

"Saya akan menerima tawaran yang paman berikan waktu itu." Ucapku mantap.

"Aku senang mendengar jawabanmu. Baiklah kau bisa beristirahat sekarang dan satu lagi besuk putra paman pulang dari Tokyo apa kau bersedia menjemputnya?"

"Nde? Saya?"

"Paman tidak mungkin menjemputnya besuk. Namanya Choi Minho dia juga akan satu sekolah denganmu. Kalian akan menjadi teman nantinya kuharap kau bisa menerima dia dengan baik."

"Nde paman. Saya akan lakukan dengan sebaik-baiknya." Ucapku sedikit menundukkan kepala.

"Ini foto putraku besuk jam 10 tepat datanglah ke bandara." Paman choi kemudian memberikan selembar foto seorang namja padaku.
....

 Didalam kamarku tepatnya kamar yang akan aku tinggali selama kuliah disini sudah tertata rapi barang-barang bawaanku diatas kasur. Aku bergegas merapikan barang-barang ini memasukkannya satu per satu kedalam lemari sesekali juga aku melirik sebuah lukisan yang terpajang rapi didekat lemari itu. Sebuah bunga tulip beserta vas berwarna merah dengan background perpaduan berbagai warna biru menjadikan sebuah lukisan yang sangat indah. Setelah selesai menyusun barang-barang bawaanku ketempatnya masing-masing kuhampiri lukisan itu. MH sebuah inisial yang terdapat dipojok lukisan itu.

"MH? Minho?" Ucapku lirih kemudian mencari sebuah foto didalam laci meja belajar dikamar itu.

"Apa namja ini yang melukisnya?" Lanjutku tersenyum memandangi foto seorang namja dihadapanku. Entah mengapa namja itu terlihat sangat tampan dan mempesona bagiku.

‘Tunggu Je Ah bukan saatnya kau mengagumi namja ini. Kau harus ingat apa tujuanmu kesini. Aku harus temukan orang itu.’ Batinku

Aku pun berbaring dikasurku memandangi handphoneku, sebuah komentar muncul diblog pribadiku. Blackjack nama yang terpajang disana. Sudah beberapa tahun ini aku mendapat komentar darinya disetiap postinganku diblog. Aku tidak pernah tahu siapa dia. Pikiranku kembali lagi pada seorang namja yang membuatku seperti yeoja bodoh selama dua tahun ini. Yonghwa namja yang masih aku cintai sampai saat ini. Apa dia baik-baik saja disana atau mungkin dia sudah memulai hidup baru dengan orang lain. Entahlah aku tidak tahu keputusan waktu itu apakah tepat aku melepaskannya? Tapi bukankah semua ini yang dia inginkan. Bahkan kalaupun hubungan ini masih berlanjut keluarganya tidak akan pernah setuju aku berdiri disampingnya. Mungkin sudah saatnya aku harus melupakan dirinya. Hidup dengan baik disini dan menemukan blackjack yang selalu muncul diblog pribadiku, berkeliaran setiap hari diblogku. Apa dia mengenalku ya? Entahlah dia masih misterius dalam hidupku.

Sebuah komentar terposting diblogku. Kubuka komentar itu dan sudah kutebak dari siapa kiriman itu. Dia seorang misterius yang muncul beberapa tahun ini dihidupku.

'Welcome to Seoul. Kuharap kau bisa beradaptasi disana dengan baik.' Blackjack

Aku tersenyum membaca komentar itu dan kemudian aku mulai mengetik sebuah kata membalas komentar itu.

'Aku akan berusaha baik disini. Apa kau juga di Seoul sekarang? Semoga kau berada di Seoul sekarang.' Balasku

Beberapa menit kemudian ada sebuah balasan darinya.

'Aku sedang menuju Seoul sekarang.' Balasnya dan membuatku terkejut membacanya.
...

Minho POV
            Perjalanan jauh membuat tubuhnya menjadi sedikit sakit, aku pun mulai menggerakan sedikit tubuhku berputar sedikit kekanan dan kekiri membuat tubuhku menjadi sedikit nyaman. Tepat pukul 10.00 KST aku keluar dari pesawat yang ku tumpangin dari Tokyo menuju bandara incheon di Seoul. Beberapa barangku kutaruh disebuah keranjang dan kudorong pelan dari belakang.

            Drrrttt

            Sebuah panggilan telpon masuk diponselku. Kulihat sekilas dan tersenyum ketika melihat siapa yang menelpon itu.

            "Yeoboseoyo…..Ah nde nunna….Aku sudah sampai…Aku melihatmu…”

            Seorang yeoja berbalut kaos berwarna biru laut dengan jaket berwarna biru tua melekat ditubuhnya berjalan menghampiriku. Yeoja itu bahkan lebih cantik jika dilihat dari dekat. Seketika yeoja itu memeluk tubuhku.

            “Apa kau sudah makan?” Ucapnya kemudian merangkul pundakku.

            “Belum, aku lelah. Aku akan makan dirumah saja” Ucapku tersenyum  padanya.

Je Ah POV
            Sesak dan panas itu yang aku rasakan sekarang. Harus ikut bergerombol dengan beberapa orang menunggu seseorang berjalan dengan koper ditangannya bukanlah yang aku sukai selama ini. Ya menunggu adalah hal yang paling tidak kusukai dalam hidupku. Kupandangi selembar foto yang diberikan paman Choi kemarin padaku, foto seorang namja yang sedang tersenyum.

            Ku lihat disekelilingi bandara mencari namjanyang bernama Choi Minho itu tapi hasilnya nihil tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Hingga akhirnya aku putuskan berjalan menuju pintu keluar bandara. Tiba-tiba dari kejauhan aku melihat namja yang persis seperti namja yang ada difoto yang kugenggam sejak tadi.

            "Choi Minho." Ucapku kemudian berlari mengejarnya. Hingga akhirnya aku menabrak sesuatu.

            Bruuukk

            Aku terjatuh disana dan tiba-tiba sebuah uluran tangan berada dihadapanku. Seorang namja berdiri didepanku dengan uluran tangan kanannya dan sebuah senyum dibibirnya.

            "Nona, baik-baik saja?" Tanyanya padaku kemudian bangkit dari tempatku.

            "Nde, gwenchana." Ucapku kemudian pergi mengejar Minho.

            Sesampai dipintu keluar keberadaan minho lenyap begitu saja. Aku berdecak kesal dan memukul pelan kepalaku. Kemudian pulang ke rumah paman Choi tanpa Minho bersamaku.
...

@Rumah Minho
            Sesampai dirumah aku langsung menuju kamarku tetapi tiba-tiba aku terhenti ketika seorang namja membuka pintu kamar disebelah kamarku. Dia melihatku sekilas dan kemudian bergegas pergi. Sebelum namja itu pergi aku mencegahnya.

            "Yak. Apa ini yang namanya Choi Minho? Namja yang sudah membuatku menunggu di bandara ha?" Ucapku cukup keras tapi namja itu kebingungan melihatku.

            "Kau ini siapa? Dan apa maksudmu?" Tanyanya kebingungan.

            "Mwo? Apa paman Choi tidak bercerita pada anaknya ini?"

            Minho menatapku kemudian meneliti diriku dari atas sampai ke bawah dan dilakukannya berulang-ulang.

            "Oh, kau yeoja itu. Pergilah aku tidak perduli denganmu dan satu hal lagi aku tidak menyuruh untuk melakukan hal bodoh itu mesti ayahku menyuruhmu sekalipun." Ucap Minho kemudian berjalan menjauhiku. Dengan raut wajah kesal aku mengejarnya dan memegang pundaknya tetapi lantai yang licin membuatku terjatuh dibelakang Minho dan membuatnya menoleh ke hadapanku.

            Raut wajahku berubah merah seketika dan membuatku menundukkan kepala menyembunyikan raut wajahku yang malu dihadapan Minho. Beberapa detik kemudian Minho sudah berdiri didepan sambil jongkok dan memandangiku yang masih berada diposisi yang sama.

            "Bahkan aku tidak tahu bagaimana ayahku bisa menemukan yeoja sebodoh ini." Ejeknya kemudian bergegas meninggalkanku sendirian.

            "Mwo? Apa yang kau bilang barusan. Yak" Teriakku tanpa diperdulikan Minho.

-TBC-

Find me part 1



Cast : Han Je Ah, Choi Minho, Jung Yonghwa
Genre : Romance
Rating : PG-15
Author : Nami
Twiter : @Dap_yui
IG : puspitadiah17

Jangan lupa RCL :)
NO COPAS

-Happy Reading-

            Disebuah halte bus berdiri sepasang insan manusia. Seorang namja muda yang tengah berhadapan dengan seorang yeoja yang terlihat lebih muda darinya. Namja dengan jaket coklatnya sedang menggengam sebuah koper besar berwarna hitam ditangan kanannya. Namja itu terlihat serius menatap yeoja dihadapannya. Untuk beberapa saat hening terjadi diantara mereka. Hingga namja itu mulai meraih kedua tangan yeoja itu dan mengenggam erat kedua tangannya.

            “Mianhae Je ah. Jeongmal mianhae, kita harus berakhir sampai disini.” Ucap namja itu kepada yeoja dihadapannya. Yeoja itu hanya terdiam dan berusaha menahan air matanya. Hingga tanpa sadar namja itu mulai melepaskan kedua genggaman tangannya.

            “Aku pergi.” Ucap namja itu dan kemudian bergegas meninggalkan yeoja itu.

            Kini yeoja itu terdiam sendirian disana. Setelah namja itu berjalan cukup jauh yeoja itu mulai meneteskan airmatanya yang sempat tertahan beberapa saat yang lalu. Seakan semuanya yang ada didalam hidupnya hancur seketika dan dia mulai jatuh menangisi apa yang baru saja terjadi pada dirinya.

Flashback ON
Seminggu yang lalu

            Hari ini hari kelulusan bagi Han Je Ah dan semua siswa yang bersekolah di Busan High School. Jeah mengenakan seragam sekolahnya yang berwarna coklat tua melekat ditubuhnya. Ditangan kanannya serangkai bunga mawar berwarna putih menghiasi tubuhnya membuatnya tampak cantik. Tiba-tiba seorang yeoja paruh baya datang menghampirinya. Yeoja yang sering dipanggil eomma oleh jeah sibuk merapikan riasan anaknya.

            “Aigoo, uri Jeah cantik sekali hari ini.” Puji ibu Jeah.

            “Kajja eomma kita berfoto bersama.” Ucap Jeah menarik pelan ibunya hingga berdiri disampingnya. Seorang teman Jeah bersiap dengan kameranya untuk mengabadikan foto mereka.

            “Kimchi.” Ucap mereka berdua dengan senyum manis dikedua bibir mereka.

            Dari kejauhan seorang namja dengan jaket hitamnya dan sebuah kacamata melekat dikedua matanya berjalan menghampiri Jeah dan ibunya. Namja itu kemudian tersenyum sekilas ketika melihat Jeah tersenyum manis ke arahnya.

            “Annyeong bibi. Maaf karena saya datang terlambat.” Ucap namja itu kepada ibu Jeah
.
            “Gwenchana Yonghwa-ssi.” Balas ibu jeah kepada namja yang bernama Yonghwa itu.

            Yonghwa adalah kekasih dari Jeah, mereka sudah berpacaran sejak 2 tahun yang lalu mesti umur mereka terpaut 5 tahun lebih tua Yonghwa. Yonghwa kini tengah sibuk bekerja diperusahaan milik keluarganya. Keluarga Yonghwa memiliki perusahaan yang cukup maju di Korea yaitu J.H Corp.

            “Bibi, bolehkah saya meminjam Jeah sebentar?” Kata Yonghwa tiba-tiba melirik Jeah sekilas mengisyaratkan agar ibunya mengijinkannya. Yonghwa selalu meminta ijin terlebih dahulu kepada ibu Jeah ketika hendak pergi bersama Jeah. Tentu saja karena mengingat Jeah hanya tinggal berdua dengan ibunya. Ayah Jeah sudah meninggal ketika Jeah masih berumur 5 tahun. Itulah sebabnya Yonghwa sangat menjaga Jeah sebagai kekasih dan juga sangat menghormati ibunya Jeah.

            Yonghwa menggandeng tangan Jeah erat menyusuri setiap lorong diarea sekolah ini. Hingga mereka berhenti disebuah taman yang jaraknya cukup dekat dengan sebuah danau yang cukup lebar disamping sekolah ini. Perlahan Yonghwa melepas genggaman tangannya dari jeah dan mengajaknya duduk disebuah kursi panjang disudut taman itu. Mereka berdua memandangi beberapa siswa yang tengah ramai disana.

            “Jadi apa yang ingin kau katakan. Oppa?” Tanya Jeah.

            “Chagiya.” Panggil Yonghwa lirih dan berusaha meraih tangan Jeah dan menggenggamnya erat. Jeah hanya memandangi Yonghwa dengan tatapan penuh arti.

            “Oppa akan pergi ke Tokyo selama setahun. Oppa akan berangkat minggu depan.” Ucap Yonghwa membuat Jeah terkejut.

            “Oppa..” Belum sempat Jeah meneruskan tiba-tiba Yonghwa memeluknya erat. “Mianhae.” Ucapnya lagi.

            “Oppa, untuk apa minta maaf? Pergilah jika memang itu keputusan yang terbaik untukmu.”

            “Bukan itu.” Balas Yonghwa kemudian melepaskan pelukannya.

            “Aku rasa hubungan ini sudah tidak bisa dilanjutkan lagi. Kau tahu setelah lulus kuliah aku harus sibuk dengan urusan bisnis keluargaku dan cukup sampai disini kisah kita berdua. Jangan teruskan hubungan ini mestipun aku masih mencintaimu.” Tiba-tiba saja Jeah mengecup bibir Yonghwa sekilas dan sontak Yonghwa terkejut dengan apa yang Jeah lakukan padanya.

            “Aku tahu apa maksud oppa.” Ucap Jeah kemudian berdiri dari tempatnya duduk. “Baiklah beri aku waktu sampai hari keberangkatan oppa. Saat itu pergilah dengan tenang dan jika memang hubungan ini harus berakhir aku berjanji tidak akan menunggumu lagi.” Lanjutnya kemudian bergegas meninggalkan Yonghwa yang masih terdiam melihat kepergian Jeah. Mungkin sudah saatnya mereka memutuskan hubungan yang sudah 2 tahun mereka jalani. Sejak awal keluarga Yonghwa melarang hubungan ini karena Yonghwa sudah dijodohkan dengan yeoja lain tapi Yonghwa sangat mencintai Jeah sehingga dia bersikeras menjalin hubungan dengan Jeah mesti tanpa disetujui kedua orang tuanya.
Flashback END

            Setelah kepergian yonghwa ke Tokyo, Jeah menjalani hidupnya dengan baik bahkan dia berusaha tetap tegar mesti dia tahu bahwa kemungkinan mereka kembali menjadi sepasang kekasih adalah mustahil. Sekarang Jeah tengah sibuk mengurus kepergiannya ke Seoul minggu depan. Dia akan berkuliah disana dan tinggal bersama seorang yang membantunya selama ini.

            Jeah membuka sebuah kotak berisi sebuah amplop surat berwarna putih dan kemudian membuka amplop itu dan membaca isi surat itu. Untuk paman Choi bacanya pelan. Paman Choi adalah seseorang yang membantunya selama ini. Baginya paman Choi adalah ayah sekaligus sahabat baginya. Mesti dia tidak begitu mengenal baik paman Choi tetapi dia senang karena dia bisa menulis banyak surat untuk paman Choi. Surat yang dipegangnya surat yang seharusnya akan dikirimkan kepada paman Choi tetapi tidak jadi dia dikirimkan kepada paman Choi.

            “Jeah.” Panggil ibunya yang sejak tadi berdiri didepan pintu kamarnya

            “Nde eomma.”

            “Apa kau akan baik-baik saja di Seoul?” Tanya ibu Jeah membuat Jeah sedikit khawatir pada ibunya.

            “Tentu saja eomma. Bukankah aku akan tinggal bersama paman Choi disana? Paman Choi adalah malaikat bagiku eomma, dia pasti akan menjagaku disana.” Ucapnya mencoba menenangkan ibunya kemudian mereka berpelukan eratt.

Je Ah POV
Flashback ON
Seminggu yang lalu

Aku berjalan menyusuri komplek perumahan tempatku tinggal. Jalanan sudah nampak gelap sehingga aku mulai mempercepat langkah kakiku. Hingga sampai disebuah tikungan ada seorang namja paruh baya yang berdiri dihadapanku. Namja yang usianya mungkin sudah 40 tahunan memandangiku yang tengah berdiri dihadapannya.

            "Han Je Ah." Panggilnya lirih membuat kedua mataku melebar mencoba meneliti siapa namja yang ada dihadapanku ini. Tapi sepertinya aku tidak mengenalnya.

            "Anda siapa?" Tanyaku sopan kemudian namja itu mengajakku duduk disebuah kursi panjang tak jauh dari tempat kami berdiri tadi.

            "Bahkan kau telah tumbuh dengan sangat cantik sekarang." Pujinya membuatku sedikit menundukkan kepala.

            "Bagaimana anda bisa mengenal saya?"

            "Choi hwan young itu namaku. Malaikat kelabu itu disebutan yang kau buat untukku." Jawabnya membuatku terkejut.

            Benarkah pria dihadapanku adalah paman choi yang membantuku dan ibu selama ini? Pikirku mulai membuat otakku semakin dibuat bingung olehnya.

            "Kau pasti terkejut bukan? Seharusnya aku datang lebih awal menemuimu."

            Aku masih terdiam melihat namja itu bahkan aku tidak tahu apa yang harus aku katakan lagi padanya. Aku terlalu bingung dengan apa yang terjadi dihadapanku ini. Aku masih sulit mempercayai semua ini. Namja ini malaikat kelabu bagiku yang selalu membantu kehidupanku selama ini dan juga  selalu menerima setiap surat yang kutulis untuknya. Mesti surat itu tidak pernah ada balasan darinya tapi bagiku dia adalah malaikat kelabu. Kelabu, karena kelabu susah untuk dideskripsikan. Begitu juga paman Choi dia susah untuk dideskripsikan, dia selalu ada tapi sangat jauh. Apakah ini saatnya aku bertemu malaikatku? Ribuan pertanyaan berputar diotakku. Apakah kau benar malaikat kelabu itu paman Choi? Mengapa kau bersembunyi selama ini jika kau tidak bersembunyi selama ini mungkin aku akan sering menjengukmu dan surat-surat itu mungkin aku tidak akan menulis surat-surat itu lagi padamu. Mungkin juga aku akan bercerita banyak padamu dengan bibirku yang akan terus mengocehkan ribuan kata untukmu.

            "Han Je Ah." Panggilnya membuyarkan lamunanku.

            "Nde? Ah mianhamnida karena saya terlalu terkejut dan sulit mempercayai bahwa anda ada dihadapan saya sekarang."

            "Hahaha, kau tidak perlu terkejut sudah saatnya kau harus bertemu denganku. Jadi apa ibumu sudah menceritakan semuanya padamu tentang itu."

            "Sudah tapi saya belum bisa memutuskan sekarang." mendengar jawabanku namja  itu langsung berdiri dari tempat duduknya dan tersenyum sekilas padaku.

            "Aku harap kau memilih yang terbaik. Aku menunggumu datang ke tempat ini memberi jawaban yang mantap untukku." Kata namja itu kemudian memberikan secarik kertas padaku. Namja itu kemudian bergegas meninggalkankutdan aku hanya terdiam melihat kertas yang diberikan namja itu tadi padaku.
Flashback END

            Aroma kota Seoul mulai tercium sangat kuat dihidungku. Kota yang penuh akan kemacetan dan juga ramai dengan orang-orang yang sibuk menjalani rutinitas mereka. Berbeda dengan di Busan, Seoul merupakan kota yang padat dengan dihiasi gedung-gedung mewah bertingkat dan terkadang harus susah payah menghadapi kemacetan yang sering terjadi disana.

            Aku mulai melangkah menuruni bus besar yang sudah mengantarkan perjalananku dari Busan ke Seoul. Dengan sebuah koper besar ditangan kananku kuseret pelan mengikuti setiap langkah kakiku menyusuri jalanan di Seoul. Hingga aku berhenti ditepi jalan sejenak menoleh ke kanan dan kemudian menoleh ke kiri mencari sebuah taxi yang akan mengantarku ke sebuah tempat yang  harus kudatangi di Seoul. Setelah beberapa menit penantianku ada sebuah taxi berwarna hitam berhenti tepat didepanku dan aku masuk kedalam taxi tersebut.

            “Ajushi bisa antarkan saya ke tempat ini?” Ucapku pada sopir taxi dan kemudian menunjukkan secarik kertas pada sopir itu.

Akhirnya aku sampai disebuah bangunan yang sangat mewah dengan pagar besi yang sangat tinggi dan besar. Aku hanya memandangi bangunan tersebut dan terdiam beberapa saat melihat bangunan itu. Sungguh bangunan mewah yang baru pertama kali aku temui.

Seorang namja berpakaian keluar dari rumah itu, namja paruh baya yang berumur 50 tahun tebakku dalam hati. Namja itu melihatku sekilas kemudian aku berjalan menghampirinya dan menunjukkan secarik kertas yang kupegang sejak tadi.

“Permisi apa alamat ini benar ada disini?” Ucapku pada namja itu.

“Nde, ini benar alamat ini. Ada yang bisa saya bantu?” Tanyanya padaku.

“Saya…” Belum sempat aku meneruskan kata-kataku sebuah sedan berwarna hitam berhenti dihadapanku. Didalam mobil itu seorang namja paruh baya membuka sedikit jendela mobilnya dan tersenyum padaku. Aku mulai mendekati mobil itu dan seketika aku terkejut dengan seseorang yang ada didalam mobil itu.

“Paman…” Ucapku terkejut.

 -TBC-