Cast : Han Je Ah, Choi
Minho
Genre : Romance
Rating : PG-15
Author : Nami
Twitter: @dap_yui
IG : puspitadiah17
Jangan
lupa RCL :)
NO
COPAS
Seorang
namja berpakaian keluar dari rumah itu, namja paruh baya yang berumur 50 tahun
tebakku dalam hati. Namja itu melihatku sekilas kemudian aku berjalan
menghampirinya dan menunjukkan secarik kertas yang kupegang sejak tadi.
“Permisi
apa alamat ini benar ada disini?” Ucapku pada namja itu.
“Nde,
ini benar alamat ini. Ada yang bisa saya bantu?” Tanyanya padaku.
“Saya…”
Belum sempat aku meneruskan kata-kataku sebuah sedan berwarna hitam berhenti
dihadapanku. Didalam mobil itu seorang namja paruh baya membuka sedikit jendela
mobilnya dan tersenyum padaku. Aku mulai mendekati mobil itu dan seketika aku
terkejut dengan seseorang yang ada didalam mobil itu.
“Paman…”
Ucapku terkejut.
-Happy Reading-
Je Ah POV
Bangunan ini memang sangat besar dan luas. Bangunan yang
berdominasi warna coklat muda bahkan tidak terlihat seperti sebuah bangunan
untuk tempat tinggal melainkan sebuah istana yang mampu menampung ratusan
orang. Air mancur yang berada ditengah halaman depan menambah keindahan
bangunan ini. Mungkin akan merasa nyaman hidup ditempat seindah ini batinku.
Setelah sampai dibangunan utama tempat pemilik rumah ini
tinggal aku berjalan mengikuti seorang namja berpakaian serba hitam yang
mengantarku ke sebuah ruangan. Ruangan dimana tempat sebuah keluarga berkumpul
bersama. Ruang tengah ini bahkan besarnya sama dengan rumahku yang ada di
Busan. Tak henti-hentinya aku mengagumi keindahan tempat ini.
“Apakah
kau menyukai tempat ini.” Tanya seorang namja paruh baya yang aku temui tadi.
“Nde?
Saya sangat menyukainya. Bahkan rumah paman 10 kali lebih besar dari rumah
saya.”
Paman
Choi kemudian menyuruhku duduk disalah satu kursi diruangan itu. Kini kami
duduk berhadapan saling memandang satu sama lain. Hingga beberapa saat kemudian
seorang pelayan menaruh secangkir teh didepanku. Dengan pelan-pelan aku meneguk
secangkir teh tersebut melepas haus karena perjalanan jauh yang baru saja
kutempuh.
“Paman
adalah orang yang hebat. Bahkan sulit mempercayainya saya bisa berada ditempat
seindah ini bersama paman didepan saya.” Ucapku dengan sopan.
"Jadi?"
Tanyanya kemudian membuatku sedikit kebingungan untuk menjawabnya.
"Saya
akan menerima tawaran yang paman berikan waktu itu." Ucapku mantap.
"Aku
senang mendengar jawabanmu. Baiklah kau bisa beristirahat sekarang dan satu
lagi besuk putra paman pulang dari Tokyo apa kau bersedia menjemputnya?"
"Nde?
Saya?"
"Paman
tidak mungkin menjemputnya besuk. Namanya Choi Minho dia juga akan satu sekolah
denganmu. Kalian akan menjadi teman nantinya kuharap kau bisa menerima dia
dengan baik."
"Nde
paman. Saya akan lakukan dengan sebaik-baiknya." Ucapku sedikit
menundukkan kepala.
"Ini
foto putraku besuk jam 10 tepat datanglah ke bandara." Paman choi kemudian
memberikan selembar foto seorang namja padaku.
....
Didalam kamarku tepatnya kamar yang akan aku
tinggali selama kuliah disini sudah tertata rapi barang-barang bawaanku diatas
kasur. Aku bergegas merapikan barang-barang ini memasukkannya satu per satu
kedalam lemari sesekali juga aku melirik sebuah lukisan yang terpajang rapi
didekat lemari itu. Sebuah bunga tulip beserta vas berwarna merah dengan
background perpaduan berbagai warna biru menjadikan sebuah lukisan yang sangat
indah. Setelah selesai menyusun barang-barang bawaanku ketempatnya
masing-masing kuhampiri lukisan itu. MH sebuah inisial yang terdapat dipojok
lukisan itu.
"MH?
Minho?" Ucapku lirih kemudian mencari sebuah foto didalam laci meja
belajar dikamar itu.
"Apa
namja ini yang melukisnya?" Lanjutku tersenyum memandangi foto seorang
namja dihadapanku. Entah mengapa namja itu terlihat sangat tampan dan mempesona
bagiku.
‘Tunggu
Je Ah bukan saatnya kau mengagumi namja ini. Kau harus ingat apa tujuanmu
kesini. Aku harus temukan orang itu.’ Batinku
Aku
pun berbaring dikasurku memandangi handphoneku, sebuah komentar muncul diblog
pribadiku. Blackjack nama yang terpajang disana. Sudah beberapa tahun ini aku
mendapat komentar darinya disetiap postinganku diblog. Aku tidak pernah tahu
siapa dia. Pikiranku kembali lagi pada seorang namja yang membuatku seperti
yeoja bodoh selama dua tahun ini. Yonghwa namja yang masih aku cintai sampai
saat ini. Apa dia baik-baik saja disana atau mungkin dia sudah memulai hidup
baru dengan orang lain. Entahlah aku tidak tahu keputusan waktu itu apakah
tepat aku melepaskannya? Tapi bukankah semua ini yang dia inginkan. Bahkan
kalaupun hubungan ini masih berlanjut keluarganya tidak akan pernah setuju aku
berdiri disampingnya. Mungkin sudah saatnya aku harus melupakan dirinya. Hidup
dengan baik disini dan menemukan blackjack yang selalu muncul diblog pribadiku,
berkeliaran setiap hari diblogku. Apa dia mengenalku ya? Entahlah dia masih
misterius dalam hidupku.
Sebuah
komentar terposting diblogku. Kubuka komentar itu dan sudah kutebak dari siapa
kiriman itu. Dia seorang misterius yang muncul beberapa tahun ini dihidupku.
'Welcome
to Seoul. Kuharap kau bisa beradaptasi disana dengan baik.' Blackjack
Aku
tersenyum membaca komentar itu dan kemudian aku mulai mengetik sebuah kata membalas
komentar itu.
'Aku
akan berusaha baik disini. Apa kau juga di Seoul sekarang? Semoga kau berada di
Seoul sekarang.' Balasku
Beberapa
menit kemudian ada sebuah balasan darinya.
'Aku
sedang menuju Seoul sekarang.' Balasnya dan membuatku terkejut membacanya.
...
Minho
POV
Perjalanan jauh membuat tubuhnya
menjadi sedikit sakit, aku pun mulai menggerakan sedikit tubuhku berputar
sedikit kekanan dan kekiri membuat tubuhku menjadi sedikit nyaman. Tepat pukul
10.00 KST aku keluar dari pesawat yang ku tumpangin dari Tokyo menuju bandara
incheon di Seoul. Beberapa barangku kutaruh disebuah keranjang dan kudorong
pelan dari belakang.
Drrrttt
Sebuah panggilan telpon masuk
diponselku. Kulihat sekilas dan tersenyum ketika melihat siapa yang menelpon
itu.
"Yeoboseoyo…..Ah nde nunna….Aku
sudah sampai…Aku melihatmu…”
Seorang yeoja berbalut kaos berwarna
biru laut dengan jaket berwarna biru tua melekat ditubuhnya berjalan
menghampiriku. Yeoja itu bahkan lebih cantik jika dilihat dari dekat. Seketika
yeoja itu memeluk tubuhku.
“Apa kau sudah makan?” Ucapnya
kemudian merangkul pundakku.
“Belum, aku lelah. Aku akan makan
dirumah saja” Ucapku tersenyum padanya.
Je
Ah POV
Sesak dan panas itu yang aku rasakan
sekarang. Harus ikut bergerombol dengan beberapa orang menunggu seseorang berjalan
dengan koper ditangannya bukanlah yang aku sukai selama ini. Ya menunggu adalah
hal yang paling tidak kusukai dalam hidupku. Kupandangi selembar foto yang
diberikan paman Choi kemarin padaku, foto seorang namja yang sedang tersenyum.
Ku lihat disekelilingi bandara
mencari namjanyang bernama Choi Minho itu tapi hasilnya nihil tidak ada
tanda-tanda keberadaannya. Hingga akhirnya aku putuskan berjalan menuju pintu
keluar bandara. Tiba-tiba dari kejauhan aku melihat namja yang persis seperti
namja yang ada difoto yang kugenggam sejak tadi.
"Choi Minho." Ucapku
kemudian berlari mengejarnya. Hingga akhirnya aku menabrak sesuatu.
Bruuukk
Aku terjatuh disana dan tiba-tiba
sebuah uluran tangan berada dihadapanku. Seorang namja berdiri didepanku dengan
uluran tangan kanannya dan sebuah senyum dibibirnya.
"Nona, baik-baik saja?"
Tanyanya padaku kemudian bangkit dari tempatku.
"Nde, gwenchana." Ucapku
kemudian pergi mengejar Minho.
Sesampai dipintu keluar keberadaan
minho lenyap begitu saja. Aku berdecak kesal dan memukul pelan kepalaku.
Kemudian pulang ke rumah paman Choi tanpa Minho bersamaku.
...
@Rumah
Minho
Sesampai dirumah aku langsung menuju
kamarku tetapi tiba-tiba aku terhenti ketika seorang namja membuka pintu kamar
disebelah kamarku. Dia melihatku sekilas dan kemudian bergegas pergi. Sebelum
namja itu pergi aku mencegahnya.
"Yak. Apa ini yang namanya Choi
Minho? Namja yang sudah membuatku menunggu di bandara ha?" Ucapku cukup
keras tapi namja itu kebingungan melihatku.
"Kau ini siapa? Dan apa
maksudmu?" Tanyanya kebingungan.
"Mwo? Apa paman Choi tidak
bercerita pada anaknya ini?"
Minho menatapku kemudian meneliti
diriku dari atas sampai ke bawah dan dilakukannya berulang-ulang.
"Oh, kau yeoja itu. Pergilah
aku tidak perduli denganmu dan satu hal lagi aku tidak menyuruh untuk melakukan
hal bodoh itu mesti ayahku menyuruhmu sekalipun." Ucap Minho kemudian
berjalan menjauhiku. Dengan raut wajah kesal aku mengejarnya dan memegang
pundaknya tetapi lantai yang licin membuatku terjatuh dibelakang Minho dan
membuatnya menoleh ke hadapanku.
Raut wajahku berubah merah seketika
dan membuatku menundukkan kepala menyembunyikan raut wajahku yang malu
dihadapan Minho. Beberapa detik kemudian Minho sudah berdiri didepan sambil
jongkok dan memandangiku yang masih berada diposisi yang sama.
"Bahkan aku tidak tahu
bagaimana ayahku bisa menemukan yeoja sebodoh ini." Ejeknya kemudian
bergegas meninggalkanku sendirian.
"Mwo? Apa yang kau bilang
barusan. Yak" Teriakku tanpa diperdulikan Minho.
-TBC-
0 komentar:
Posting Komentar