Cast : Han Je Ah, Choi
Minho, Jung Yonghwa
Genre : Romance
Rating : PG-15
Author : Nami
Twiter : @Dap_yui
IG : puspitadiah17
Jangan lupa RCL :)
NO COPAS
-Happy Reading-
Disebuah halte bus berdiri sepasang insan manusia.
Seorang namja muda yang tengah berhadapan dengan seorang yeoja yang terlihat
lebih muda darinya. Namja dengan jaket coklatnya sedang menggengam sebuah koper
besar berwarna hitam ditangan kanannya. Namja itu terlihat serius menatap yeoja
dihadapannya. Untuk beberapa saat hening terjadi diantara mereka. Hingga namja
itu mulai meraih kedua tangan yeoja itu dan mengenggam erat kedua tangannya.
“Mianhae Je ah. Jeongmal mianhae, kita harus berakhir
sampai disini.” Ucap namja itu kepada yeoja dihadapannya. Yeoja itu hanya
terdiam dan berusaha menahan air matanya. Hingga tanpa sadar namja itu mulai melepaskan
kedua genggaman tangannya.
“Aku pergi.” Ucap namja itu dan kemudian bergegas
meninggalkan yeoja itu.
Kini yeoja itu terdiam sendirian disana. Setelah namja
itu berjalan cukup jauh yeoja itu mulai meneteskan airmatanya yang sempat
tertahan beberapa saat yang lalu. Seakan semuanya yang ada didalam hidupnya
hancur seketika dan dia mulai jatuh menangisi apa yang baru saja terjadi pada
dirinya.
Flashback ON
Seminggu yang lalu
Hari
ini hari kelulusan bagi Han Je Ah dan semua siswa yang bersekolah di Busan High
School. Jeah mengenakan seragam sekolahnya yang berwarna coklat tua melekat
ditubuhnya. Ditangan kanannya serangkai bunga mawar berwarna putih menghiasi
tubuhnya membuatnya tampak cantik. Tiba-tiba seorang yeoja paruh baya datang
menghampirinya. Yeoja yang sering dipanggil eomma oleh jeah sibuk merapikan
riasan anaknya.
“Aigoo,
uri Jeah cantik sekali hari ini.” Puji ibu Jeah.
“Kajja
eomma kita berfoto bersama.” Ucap Jeah menarik pelan ibunya hingga berdiri
disampingnya. Seorang teman Jeah bersiap dengan kameranya untuk mengabadikan
foto mereka.
“Kimchi.”
Ucap mereka berdua dengan senyum manis dikedua bibir mereka.
Dari
kejauhan seorang namja dengan jaket hitamnya dan sebuah kacamata melekat
dikedua matanya berjalan menghampiri Jeah dan ibunya. Namja itu kemudian
tersenyum sekilas ketika melihat Jeah tersenyum manis ke arahnya.
“Annyeong
bibi. Maaf karena saya datang terlambat.” Ucap namja itu kepada ibu Jeah
.
“Gwenchana
Yonghwa-ssi.” Balas ibu jeah kepada namja yang bernama Yonghwa itu.
Yonghwa
adalah kekasih dari Jeah, mereka sudah berpacaran sejak 2 tahun yang lalu mesti
umur mereka terpaut 5 tahun lebih tua Yonghwa. Yonghwa kini tengah sibuk
bekerja diperusahaan milik keluarganya. Keluarga Yonghwa memiliki perusahaan
yang cukup maju di Korea yaitu J.H Corp.
“Bibi,
bolehkah saya meminjam Jeah sebentar?” Kata Yonghwa tiba-tiba melirik Jeah
sekilas mengisyaratkan agar ibunya mengijinkannya. Yonghwa selalu meminta ijin
terlebih dahulu kepada ibu Jeah ketika hendak pergi bersama Jeah. Tentu saja
karena mengingat Jeah hanya tinggal berdua dengan ibunya. Ayah Jeah sudah
meninggal ketika Jeah masih berumur 5 tahun. Itulah sebabnya Yonghwa sangat
menjaga Jeah sebagai kekasih dan juga sangat menghormati ibunya Jeah.
Yonghwa
menggandeng tangan Jeah erat menyusuri setiap lorong diarea sekolah ini. Hingga
mereka berhenti disebuah taman yang jaraknya cukup dekat dengan sebuah danau
yang cukup lebar disamping sekolah ini. Perlahan Yonghwa melepas genggaman
tangannya dari jeah dan mengajaknya duduk disebuah kursi panjang disudut taman
itu. Mereka berdua memandangi beberapa siswa yang tengah ramai disana.
“Jadi
apa yang ingin kau katakan. Oppa?” Tanya Jeah.
“Chagiya.”
Panggil Yonghwa lirih dan berusaha meraih tangan Jeah dan menggenggamnya erat.
Jeah hanya memandangi Yonghwa dengan tatapan penuh arti.
“Oppa
akan pergi ke Tokyo selama setahun. Oppa akan berangkat minggu depan.” Ucap
Yonghwa membuat Jeah terkejut.
“Oppa..”
Belum sempat Jeah meneruskan tiba-tiba Yonghwa memeluknya erat. “Mianhae.”
Ucapnya lagi.
“Oppa,
untuk apa minta maaf? Pergilah jika memang itu keputusan yang terbaik untukmu.”
“Bukan
itu.” Balas Yonghwa kemudian melepaskan pelukannya.
“Aku
rasa hubungan ini sudah tidak bisa dilanjutkan lagi. Kau tahu setelah lulus kuliah
aku harus sibuk dengan urusan bisnis keluargaku dan cukup sampai disini kisah
kita berdua. Jangan teruskan hubungan ini mestipun aku masih mencintaimu.”
Tiba-tiba saja Jeah mengecup bibir Yonghwa sekilas dan sontak Yonghwa terkejut
dengan apa yang Jeah lakukan padanya.
“Aku
tahu apa maksud oppa.” Ucap Jeah kemudian berdiri dari tempatnya duduk.
“Baiklah beri aku waktu sampai hari keberangkatan oppa. Saat itu pergilah
dengan tenang dan jika memang hubungan ini harus berakhir aku berjanji tidak
akan menunggumu lagi.” Lanjutnya kemudian bergegas meninggalkan Yonghwa yang
masih terdiam melihat kepergian Jeah. Mungkin sudah saatnya mereka memutuskan
hubungan yang sudah 2 tahun mereka jalani. Sejak awal keluarga Yonghwa melarang
hubungan ini karena Yonghwa sudah dijodohkan dengan yeoja lain tapi Yonghwa
sangat mencintai Jeah sehingga dia bersikeras menjalin hubungan dengan Jeah
mesti tanpa disetujui kedua orang tuanya.
Flashback END
Setelah kepergian yonghwa ke Tokyo, Jeah menjalani
hidupnya dengan baik bahkan dia berusaha tetap tegar mesti dia tahu bahwa
kemungkinan mereka kembali menjadi sepasang kekasih adalah mustahil. Sekarang
Jeah tengah sibuk mengurus kepergiannya ke Seoul minggu depan. Dia akan
berkuliah disana dan tinggal bersama seorang yang membantunya selama ini.
Jeah membuka sebuah kotak berisi sebuah amplop surat
berwarna putih dan kemudian membuka amplop itu dan membaca isi surat itu. Untuk
paman Choi bacanya pelan. Paman Choi adalah seseorang yang membantunya selama
ini. Baginya paman Choi adalah ayah sekaligus sahabat baginya. Mesti dia tidak
begitu mengenal baik paman Choi tetapi dia senang karena dia bisa menulis
banyak surat untuk paman Choi. Surat yang dipegangnya surat yang seharusnya
akan dikirimkan kepada paman Choi tetapi tidak jadi dia dikirimkan kepada paman
Choi.
“Jeah.” Panggil ibunya yang sejak tadi berdiri didepan
pintu kamarnya
“Nde eomma.”
“Apa kau akan baik-baik saja di Seoul?” Tanya ibu Jeah
membuat Jeah sedikit khawatir pada ibunya.
“Tentu saja eomma. Bukankah aku akan tinggal bersama
paman Choi disana? Paman Choi adalah malaikat bagiku eomma, dia pasti akan
menjagaku disana.” Ucapnya mencoba menenangkan ibunya kemudian mereka
berpelukan eratt.
Je Ah POV
Flashback ON
Seminggu yang lalu
Aku berjalan menyusuri komplek
perumahan tempatku tinggal. Jalanan sudah nampak gelap sehingga aku mulai
mempercepat langkah kakiku. Hingga sampai disebuah tikungan ada seorang namja
paruh baya yang berdiri dihadapanku. Namja yang usianya mungkin sudah 40
tahunan memandangiku yang tengah berdiri dihadapannya.
"Han
Je Ah." Panggilnya lirih membuat kedua mataku melebar mencoba meneliti
siapa namja yang ada dihadapanku ini. Tapi sepertinya aku tidak mengenalnya.
"Anda
siapa?" Tanyaku sopan kemudian namja itu mengajakku duduk disebuah kursi
panjang tak jauh dari tempat kami berdiri tadi.
"Bahkan
kau telah tumbuh dengan sangat cantik sekarang." Pujinya membuatku sedikit
menundukkan kepala.
"Bagaimana
anda bisa mengenal saya?"
"Choi
hwan young itu namaku. Malaikat kelabu itu disebutan yang kau buat
untukku." Jawabnya membuatku terkejut.
Benarkah
pria dihadapanku adalah paman choi yang membantuku dan ibu selama ini? Pikirku
mulai membuat otakku semakin dibuat bingung olehnya.
"Kau
pasti terkejut bukan? Seharusnya aku datang lebih awal menemuimu."
Aku
masih terdiam melihat namja itu bahkan aku tidak tahu apa yang harus aku
katakan lagi padanya. Aku terlalu bingung dengan apa yang terjadi dihadapanku
ini. Aku masih sulit mempercayai semua ini. Namja ini malaikat kelabu bagiku
yang selalu membantu kehidupanku selama ini dan juga selalu menerima setiap surat yang kutulis
untuknya. Mesti surat itu tidak pernah ada balasan darinya tapi bagiku dia
adalah malaikat kelabu. Kelabu, karena kelabu susah untuk dideskripsikan.
Begitu juga paman Choi dia susah untuk dideskripsikan, dia selalu ada tapi
sangat jauh. Apakah ini saatnya aku bertemu malaikatku? Ribuan pertanyaan
berputar diotakku. Apakah kau benar malaikat kelabu itu paman Choi? Mengapa kau
bersembunyi selama ini jika kau tidak bersembunyi selama ini mungkin aku akan
sering menjengukmu dan surat-surat itu mungkin aku tidak akan menulis
surat-surat itu lagi padamu. Mungkin juga aku akan bercerita banyak padamu
dengan bibirku yang akan terus mengocehkan ribuan kata untukmu.
"Han
Je Ah." Panggilnya membuyarkan lamunanku.
"Nde?
Ah mianhamnida karena saya terlalu terkejut dan sulit mempercayai bahwa anda
ada dihadapan saya sekarang."
"Hahaha,
kau tidak perlu terkejut sudah saatnya kau harus bertemu denganku. Jadi apa
ibumu sudah menceritakan semuanya padamu tentang itu."
"Sudah
tapi saya belum bisa memutuskan sekarang." mendengar jawabanku namja itu langsung berdiri dari tempat duduknya dan
tersenyum sekilas padaku.
"Aku
harap kau memilih yang terbaik. Aku menunggumu datang ke tempat ini memberi
jawaban yang mantap untukku." Kata namja itu kemudian memberikan secarik
kertas padaku. Namja itu kemudian bergegas meninggalkankutdan aku hanya terdiam
melihat kertas yang diberikan namja itu tadi padaku.
Flashback END
Aroma kota Seoul mulai tercium sangat kuat dihidungku.
Kota yang penuh akan kemacetan dan juga ramai dengan orang-orang yang sibuk
menjalani rutinitas mereka. Berbeda dengan di Busan, Seoul merupakan kota yang
padat dengan dihiasi gedung-gedung mewah bertingkat dan terkadang harus susah
payah menghadapi kemacetan yang sering terjadi disana.
Aku mulai melangkah menuruni bus besar yang sudah
mengantarkan perjalananku dari Busan ke Seoul. Dengan sebuah koper besar
ditangan kananku kuseret pelan mengikuti setiap langkah kakiku menyusuri
jalanan di Seoul. Hingga aku berhenti ditepi jalan sejenak menoleh ke kanan dan
kemudian menoleh ke kiri mencari sebuah taxi yang akan mengantarku ke sebuah
tempat yang harus kudatangi di Seoul.
Setelah beberapa menit penantianku ada sebuah taxi berwarna hitam berhenti
tepat didepanku dan aku masuk kedalam taxi tersebut.
“Ajushi bisa antarkan saya ke tempat ini?” Ucapku pada
sopir taxi dan kemudian menunjukkan secarik kertas pada sopir itu.
Akhirnya
aku sampai disebuah bangunan yang sangat mewah dengan pagar besi yang sangat
tinggi dan besar. Aku hanya memandangi bangunan tersebut dan terdiam beberapa
saat melihat bangunan itu. Sungguh bangunan mewah yang baru pertama kali aku
temui.
Seorang
namja berpakaian keluar dari rumah itu, namja paruh baya yang berumur 50 tahun
tebakku dalam hati. Namja itu melihatku sekilas kemudian aku berjalan
menghampirinya dan menunjukkan secarik kertas yang kupegang sejak tadi.
“Permisi
apa alamat ini benar ada disini?” Ucapku pada namja itu.
“Nde,
ini benar alamat ini. Ada yang bisa saya bantu?” Tanyanya padaku.
“Saya…”
Belum sempat aku meneruskan kata-kataku sebuah sedan berwarna hitam berhenti
dihadapanku. Didalam mobil itu seorang namja paruh baya membuka sedikit jendela
mobilnya dan tersenyum padaku. Aku mulai mendekati mobil itu dan seketika aku
terkejut dengan seseorang yang ada didalam mobil itu.
“Paman…”
Ucapku terkejut.
-TBC-
0 komentar:
Posting Komentar