Find Me part 3




Cast : Han Je Ah, Choi Minho
Genre : Romance
Rating : PG-15
Author : Nami
Twitter: @dap_yui
IG : puspitadiah17

Jangan lupa RCL J
NO COPAS


            Raut wajahku berubah merah seketika dan membuatku menundukkan kepala menyembunyikan raut wajahku yang malu dihadapan Minho. Beberapa detik kemudian Minho sudah berdiri didepan sambil jongkok dan memandangiku yang masih berada diposisi yang sama.

            "Bahkan aku tidak tahu bagaimana ayahku bisa menemukan yeoja sebodoh ini." Ejeknya kemudian bergegas meninggalkanku sendirian.

            "Mwo? Apa yang kau bilang barusan. Yak" Teriakku tanpa dipedulikan Minho.

-Happy Reading-

            "Eomma... hiks hiks Eomma... Eomma..." Teriak seorang laki-laki yang baru berusia 10 tahun itu ketika melihat seorang wanita tergeletak penuh darah dihadapannya. Wanita itu adalah ibu dari bocah itu. Dia tak henti-hentinyaa menangis melihat ibunya yang terus mengeluarkan darah ditubuhnya.

            "Eomma. Hiks hiks.." Panggil bocah itu dengan tangis yang makin menjadi-jadi.

            Wanita itu berusaha membuka matanya sebentar kemudian tangannya berusaha memegang pipi anaknya yang sedari tadi menangis keras.

            "Eomma...me...nyayangi...mu.." Ucapnya kemudian wanita itu menutup matanya untuk selamanya.

            "EOMMA. ANDWAE EOMMA. Hiks" Teriak bocah itu kemudian memeluk  ibunya yang sudah tak bernafas lagi.
...

Minho POV
            Aku bangun dari tidurku. Mimpi buruk itu selalu menghantuiku beberapa hari ini. Mimpi yang bahkan ingin kuhapus dalam hidupku. Aku berjalan menuju kamar mandi kamarku. Sebuah bayangan diriku muncul dikaca besar kamar mandi ini. Peluh masih menetes ditubuhku itu tanpa hentinya-hentinya membuatku ingin membersihkan tubuhku segera.

            Setelah mencuci wajahku dan juga membersihkan tubuhku, aku berjalan menuju balkon kamarku dengan handuk basah berwarna putih yang melekat dileherku. Pagi ini bahkan tampak lebih cerah jika dilihat dari tempatku berdiri. Sesaat aku mulai terhanyut akan keindahan pagi ini, memandanginya tampak begitu menenangkan diriku.

            "Hana, dul, set. Hana, dul, set. Hana, dul, set." Terdengar seorang gadis yang berdiri disamping balkon kamarku. Gadis yang sudah beberapa hari ini ada dirumahku.

            Gadis itu tengah berolahraga ringan dibalkon kamarnya. Dia mulai menggerakkan kedua tangannya keatas kemudian menarik tubuhnya ke atas. Setelah selesai dengan aktivitas tersebut gadis itu mulai berganti menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri kemudian meletakkan kedua tangannya dibelakang kepalanya berusaha menekan tulang sikunya pelan. Tanpa sadar aku melirik gadis itu sejenak hingga akhirnya aku mulai memandanginya cukup lama.

Flashback ON
@Tokyo

            Seorang laki-laki paruh baya kini tengah berhadapan denganku yang sejak tadi sibuk mengaduk segelas kopi dihadapanku tanpa ingin meminumnya setetes pun. Sudah 10 menit kami duduk berhadapan tanpa ada satu pun kata yang terucap dari bibir kami berdua. Suasana saat ini begitu dingin dan nyaris hening, hanya bunyi ketukan pelan yang terkadang ku lakukan untuk memecahkan keheningan ini.

            "Apa kau tidak mau kembali ke Seoul?" Akhirnya pria dihadapanku mulai membuka pembicaraan. Pria itu terlihat serius menatap kedua mataku. Sejenak aku terdiam mencoba mencari jawaban yang tepat untuk namja itu.

            "Aku tidak ingin kembali." Jawabku dingin.

            "Bagaimana juga kau adalah pewaris Choi Corp dan juga kau adalah anakku." Ucapnya membuatku semakin geli mendengarnya.

            "Hubungan anak dan ayah sudah berakhir diantara kita sejak dulu. Apa anda tidak ingat kematian ibu 10 tahun yang lalu dan juga…” Tiba-tiba lidahku terasa sakit untuk meneruskan kata-kataku selanjutnya hingga akhirnya pria itu berusaha berusaha meraih tanganku tetapi dengan cepat kedua tanganku menjauh darinya.

            "Ayah akan menebus kesalahan ayah. Jadi kembalilah." Ujarnya dengan penuh penyesalan yang ada dalam dirinya. “Minho.” Panggilnya pelan hingga membuat tubuhku nyaris bergetar.

            “Jika sudah selesai aku akan pergi.” Ucapku kemudian bergegas berdiri dari tempat dudukku dan berusaha keras menyembunyikan raut wajahku. Hingga beberapa detik kemudian ayahku memberikan sebuah amplop berwarna coklat padaku dan membuatku kembali duduk ditempatku semula.

            "Ini lihatlah." Pintanya menyodorkan amplop itu padaku. Dengan ragu aku mulai membuka amplop yang berisi selembar foto didalamnya. Foto seorang gadis muda yang terlihat sebaya denganku.

            "Siapa gadis ini?" Tanyaku saat melihat selembar foto didalam amplop itu.

            "Dia Han Je Ah. Aku akan membawanya kerumah kita."

            "Untuk apa anda membawa dia ke keluarga kita?"

            "Saat kau memutuskan untuk tidak kembali maka aku akan memberikan seluruh hartaku untuknya. Itu pilihan yang sudah kuputuskan selama ini." Seketika kedua mataku melebar mendengar ucapannya.

            "Jadi sekarang anda berusaha menempatkan orang asing dikeluarga kita." Raut wajahku yang tadinya tenang kini berubah marah kepada ayahku.

            "Dia bukanlah orang asing. Dia akan menjadi saudaramu suatu saat nanti." Ucapnya kemudian bergegas berdiri dan pergi meninggalkanku yang masih terdiam ditempatku. Beberapa menit kemudian aku menyusul ayahku yang sudah berdiri didalam lift. Kuhentikan lift itu dengan tangan kananku memegang pintu lift yang hampir menutup.

            "Aku akan kembali, mengambil semuanya. Mengambil milikku." Aku pun bergegas meninggal orang itu yang kini tengah tersenyum tipis didalam lift yang sudah menutup saat itu.
Flashback OFF

            "Yak Choi Minho kau sedang melihat apa? Apa kau mencoba berpikir mesum tentangku?" Ucap seorang gadis yang kini berusaha membuyarkan lamunanku yang sejak tadi memandangi gadis itu. Gadis bernama Han Je Ah itu berusaha menutupi tubuh depannya yang masih terbalut jaket berwarna putih dengan kedua tangannya menyilang didepan dadanya.

            "Mwo? Apa yang kau bilang? Oh nona Han asal anda tahu, tidak ada satu pun bagian yang menarik dari tubuh. Jangan coba berpikir hal konyol karena itu membuatku geli mendengarnya." Ejekku melihat Je Ah sekilas kemudian bergegas pergi meninggalkan Je Ah yang masih sibuk memandangi kepergianku.

            "Mwo? Yak kau Choi Minho." Teriaknya kesal tanpa kuperdulikan sedikitpun.

Author POV
            Selembar foto seorang laki-laki berusia sekitar 20 tahunan tergeletak disebuah meja dengan seseorang pria yang tengah sibuk menandatangani beberapa map berwarna hitam dihadapannya. Setelah selesai menjalankan aktivitasnya tadi dia mengambil selembar foto itu dan tersenyum sekilas.

            “Choi Minho lama tidak jumpa.” Gumamnya.

            Beberapa detik kemudian seorang wanita paruh baya membawa sebuah nampan berisi secangkir kopi menghampiri pria itu yang masih sibuk memandangi foto Choi Minho. Wanita  itu meletakkan secangkir kopi itu dihadapan pria itu.

            “Apa kau tidak berniat bertemu dengannya?” Ucap wanita itu sekarang menggenggam nampan yang sudah kosong itu.

            “Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi aku tertarik pada gadis itu.”

            “Apa gadis di bandara itu?” Ucapnya mulai menebak.

            “Benar gadis itu.”

Je Ah POV
            Aku sudah selesai dengan seluruh aktivitasku pagi ini berolahraga kecil dan juga membersihkan tubuhku pagi ini. Hari ini hari pertamaku menempuh pendidikan di Universitas Konkuk. Aku bersiap dengan sebuah tas berwarna silver dipundakku dengan pelan dan berhati-hati aku mulai melangkahkan kakiku menuju pintu depan rumah ini. Disana sudah terparkir rapi sebuah mobil avanza putih. Aku menghampiri mobil itu dan melihat Minho tengah sibuk memainkan ponselnya.

            “Lama sekali kau ini. Cepat masuklah.” Perintah Minho yang masih sibuk dengan ponselnya. Aku berjalan menuju kursi belakang mobil dan membuka pintu mobil itu.

            “Apa kau kira aku sopirmu eoh?” Ucapnya dingin.

            “Mwo?”

            “Duduklah disini, bodoh. Aku bukan sopirmu.” Perintah Minho menunjuk kursi disampingnya. Aku pun menurutinya dan duduk dikursi sebelahnya. Minho hanya memandangku sekilas kemudian bersiap menjalankan mobilnya.

            “Pakai sabuk pengamanmu.” Ucapnya sebelum bersiap menjalankan mobilnya.

            “Nde?” Aku menarik sabuk pengaman disebelah kursi mobil itu. Dengan pelan-pelan aku mulai memasang sabuk pengaman itu. Tiba-tiba Minho memegang sabuk pengaman yang sejak tadi hanya kupegangi saja. Memasangkan sabuk pengaman pada tubuhku. Kujauhkan sedikit wajahku.

Deg

Seketika jantung berdebar kencang. Aku merasakan sesuatu yang aneh dalam diriku. Minho mulai menjalankan mobilnya dengan pelan-pelan.

            Hening terjadi diantara kami berdua. Sudah 5 menit kami berdua didalam mobil tetapi hanya hening yang terjadi diantara kami. Hingga akhirnya Minho menyalakan pemutar musik yang ada didalam mobil itu. Sebuah lagu dari Taylor Swift mengalun pelan ditelingaku.

            ~Romeo take me somewhere we can be alone.  I'll be waiting, all there's left to do is run. You'll be the prince and I'll be the princess. It's a love story baby just say yes~

            “Bolehkan aku bertanya?” Ucapku mencoba memecah keheningan yang terjadi diantara kami berdua.

            “Hmm.”

            “Apa kau membenciku?” Entah apa yang terjadi tiba-tiba kalimat itu yang terlontar dari bibir mungilku.

            “Mungkin.” Jawabnya masih fokus menyetir.

            “Kenapa kau membenciku?”

            “Entahlah.” Jawabnya ketus.

            “Apa kau tidak berencana untuk berteman baik denganku? Ah kau tidak tahu bagaimana rasanya beberapa hari ini kau terus bersikap seperti itu. Setidaknya kau mulai tersenyum sedikit untukku. Kau juga tahu….”

            “Berhenti mengoceh itu membuatku semakin membencimu.” Ucapnya memotong ucapanku hingga membuatku kembali terdiam. Akhirnya hening terjadi lagi diantara kami sampai akhirnya kami berdua sampai disebuah bangunan yang sangat besar.

            Setelah turun dari mobil aku langsung berjalan menuju ruang kelasku tanpa memperdulikan Choi Minho yang tengah sibuk mengurus mobilnya. Kutelusuri lorong kampus ini mencari sebuah ruangan. Ruang kelas jurusan ilmu komunikasi. Reporter itulah impianku sejak kecil, ayahku adalah seorang reporter semasa hidupnya karena itulah aku berusaha keras untuk menjadi sepertinya.

            ‘Aku menunggumu di perpustakaan’

            Send.

            Setelah mengirim Minho sebuah pesan aku langsung berjalan menyusuri rak-rak buku yang sudah rapi diruangan ini. Memilah-milah satu per satu ratusan buku didalam rak itu kemudian berjalan pelan hingga menemukan sebuah buku yang menarik bagiku. Seketika sebuah tangan menyentuh tanganku dengan cepat ku tarik tanganku hingga membuat beberapa buku didalam rak jatuh. Seorang gadis tengah sibuk mengembalikan buku-buku yang terjatuh itu dihadapanku, hal itu membuatku ingin membantu gadis itu.

            “Kwon Yuri.” Ucapnya lirih.

            “Nde?”

            “Namaku Kwon Yuri kau bisa panggil aku Yuri.” Ujarnya mengulurkan tangan kanannya dihadapanku membuatku mengerti maksudnya.

            “Han Je Ah.” Membalas uluran tangan gadis itu.

            “Aku pergi dulu ya. Senang berkenalan denganmu.” Pamitnya dengan senyum manis dibibirnya. Gadis itu sangat cantik, mungkin jika aku seorang laki-laki aku pasti akan langsung jatuh hati padanya.

            Setelah menemukan beberapa buku yang cocok, aku duduk disebuah kursi dekat dengan jendela. Tumpukan-tumpukan buku itu sudah tertata rapi dihadapanku, perlahan-lahan kubaca buku itu. Tiga puluh menit aku disini tetapi tak ada satu pun tanda-tanda keberadaan Choi Minho. Rasa kantuk mulai melandaku hingga akhirnya aku mulai memejamkan kedua mataku menaruh kepalaku pada sebuah buku yang masih terbuka.

Minho POV
            "Dimana gadis itu?" Gumamku pelan saat memasuki perpustakaan kampus ini. Sebelumnya dia mengirimku sebuah pesan bahwa dia menungguku di perpustakaan.

            "Itu dia." batinku.

            Kuhampiri gadis itu, dia tengah sibuk berada di alam mimpinya. Bagaimana bisa dia tertidur disini? Aku pun duduk dikursi berhadapan dengan gadis yang tengah tertidur pulas. Memandanginya hampir 20 menit akan tetapi dia masih tertidur. Ku ulurkan tangan kananku mencoba memegang kepalanya.

            "Eugh."

            Gadis itu menggerakkan sedikit tubuhnya membuatku menarik kembali tanganku dan meletakkannya didepan dadaku. Rasa canggung mulai menjalar dalam tubuhku hingga dia membuka kedua matanya.

            "Hoaaam. Aku tertidur rupanya." Ucap Je ah yang sudah terbangun dari tidurnya, dia masih sibuk mengucek pelan kedua matanya berusaha bangkit dari alam bawah sadarnya.

            "Oh, choi minho kau sudah datang rupanya. Kajja kita pulang." Ucapnya bergegas meninggalku yang masih sibuk memandanginya.

"Gadis itu benar-benar." Gumamku.

            Ku ikuti langkah kakinya yang sudah berjalan cukup jauh dariku. Kuimbangi langkah kakinya agar jarak diantara kami semakin dekat. Tetapi langkah kakinya terlalu cepat membuatku kesal karenanya. Dengan ekspresi tanpa dosa Je ah sudah berada didepan mobilku.

            Tanpa basa basi aku langsung masuk, kemudian menyalakan mesin mobil dan mulai menarik gas kemudi melajukan mobilku. Sunyi itulah yang kami berdua rasakan selama beberapa menit, bahkan tanpa musik yang menyala didalam mobil itu. Gadis disebelahku bahkan berhenti mengoceh dan sesekali memegangi perut datarnya dengan raut wajah tampak kesakitan. Melihat itu aku langsung menghentikan mobilku dipinggir jalan dan membuat gadis disebelahku menatapku aneh.

            “Apa kau sedang sakit?” Tanyaku.

            “Ah, aku baik-baik saja. Ini hanya penyakit wanita.” Jawabnya lirih. Dia menunduk menyembunyikan raut wajahnya. Aku mulai mengerti apa maksud gadis itu dan bergegas menjalankan mobilku kembali.

            “Bisakah kita berhenti di supermarket?” Ucapnya tiba-tiba membuatku mulai menghentikan mobilku dipinggir jalan dan kemudian menemukan sebuah supermarket tak jauh dari tempat mobilku terparkir.

            “Tunggu disini.” Perintahnya.

            Han Je Ah berjalan pelan menuju sebuah supermarket. Entah mengapa aku mulai mengkhawatirkan keadaannya. ‘Tidak Choi Minho abaikan dia.’ Ucapku dalam hati. Aku menunggu hampir 5 menit tapi gadis itu masih belum terlihat keluar dari supermarket itu.

            ‘Apa sebaiknya aku menyusulnya?’ dengan kesal aku menyusul gadis itu.

Je Ah POV
            Kulangkahkan kakiku menuju sebuah supermarket yang tidak terlalu besar. Perlahan-lahan mencari sebuah barang yang aku butuhkan sekarang. Perutku sangat sakit sekali mungkin karena hari pertama aku mengalami masa menstruasi. Aku berusaha menahan rasa sakit itu dan mulai mencari sebuah pembalut. Setelah menemukannya aku segera mengambil sebuah pembalut dengan bungkus berwarna merah muda kemudian bergegas menuju kasir. Tapi tiba-tiba pandanganku mulai kabur hingga sebuah tangan meraih tubuhku.

            “Nona baik-baik saja?” Tanya seorang pria yang tengah memegang tubuhku agar tidak jatuh. Dengan segenap tenaga aku mulai memaksa diriku untuk melihat seorang pria didekatku.

            “Gwenchana.” Ucapku menjauh dari tubuhnya.

            “Wajahmu terlihat pucat nona.” Pria itu mulai mendekatkan tubuhnya hingga membuat jarak diantara kami kembali dekat.

            “Ah, aku baik-baik saja kok.”

            “Han Je Ah.” Panggil sebuah suara yang tak asing bagiku. Itu pasti Choi Minho kenapa dia menyusulku. Aku mulai memutar tubuhku meyakinkan pemilik suara itu. Kini Minho sudah berdiri dihadapanku dengan ekspresi datar seperti biasanya.

            “Choi Minho.” Tiba-tiba pria tadi memanggil Minho seolah dia sudah mengenal Minho sebelumnya dan tebakanku benar pria itu mengenal Minho. Mereka tengah sibuk bertegur sapa satu sama lain.

            “Sejak kapan kau kembali, Minho?” Kini pria itu memulai pembicaraan dan mereka berdua mulai mengabaikan keberadaanku. Hingga sampai diluar supermarket mereka masih berbincang entah apa yang sedang mereka bicarakan.

            “Jadi gadis ini tinggal dirumahmu?”

            “Bukan tinggal tapi dia menumpang. Karena kasihan makanya dia dipungut dirumahku.” Suara Minho mulai terdengar mengejekku tapi aku berusaha menahan amarahku.

            “Baiklah aku pergi dulu ya, kapan-kapan kita bertemu lagi.” Pamit pria yang bernama Eunhyuk itu pada kami berdua. Tetapi sebelum dia pergi, dia berjalan mendekatiku dan mengelus pucuk kepalaku pelan hingga membuatku terdiam sesaat. “Semoga kita bertemu lagi nona.” Ucapnya dan pergi menjauh meninggalkan kami berdua.

            “Eheem.”

            “Ah nde?” Ucapku mulai bangkit dari lamunanku yang masih membayangkan pria tadi.

            “Sampai kapan kau akan berdiri disitu?”

            Beberapa saat kemudian Minho sudah masuk kedalam mobilnya. Dengan cepat aku menyusulnya tetapi pria itu tak memperdulikan diriku dan melajukan mobilnya meninggalkanku.

            “BERHENTI CHOI MINHO BERHENTILAH.” Teriakku tanpa diperdulikan olehnya.

            Aku pun memutuskan untuk berjalan kaki menuju rumah. Untung saja supermarket tadi tidak jauh dari komplek perumahan tempat tinggalku. Choi Minho laki-laki paling menyebalkan yang pernah aku temui. Terkadang dia sangat dingin, terkadang dia menyebalkan tetapi terkadang dia sedikit perhatian padaku. Entahlah dia susah sekali ditebak membuatku kesal dibuatnya.

            “Lama sekali.” Ucap Minho yang sudah berdiri didepan pintu rumahnya.

            “Apa kau sudah gila ha? Kau membiarkanku berjalan sendirian dimalam hari. Kau…”

Tiba-tiba minho mengecup bibirku sekilas membuatku terdiam sesaat.

            “Berhentilah mengoceh.” Ucapnya menarik tanganku menuju sebuah jendela yang besar disudut rumah itu.

            Minho mulai mengintip sesuatu dari luar jendela itu. Seorang wanita paruh baya tengah sibuk bercanda ria dengan paman Choi didalam rumah itu. Mereka bahkan terlihat asyik tanpa menyadari kehadiran kami berdua. Seketika mataku melebar ketika melihat siapa wanita itu.

            “Eomma.”

-TBC-

0 komentar:



Posting Komentar